I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seperti yang kita
ketahui bahwa hewan berbeda dengan tumbuhan, kemampuan iritabilitas hewan jauh
lebih kompleks. Hewan dapat menunjukkan suatu respon positif maupun negative
dari sebuah stimulus. Kemampuan ini disebut behavior. Behavior atau perilaku
hewan adalah suatu respon dari organism terhadap stimulus yang datang dari
dalam ataupun dari luar. Respon ini ada dua macam yaitu innate dan innate.innate muncul secara spontan dan konsisten terhadap suatu
rangsangan, sedangkan leraned response
adalah respon yang berubah dengan adanya pengalaman dari organism tersebut. Seperti
halnya hewan lainnya, lalat buah (Drosophilla
melanogaster) juga dapat melakukan suatu behavior. Perilaku yang
ditunjukkan merupakan perilaku orientasi yang jenisnya dapat berupa fototaksis,
geotaksis dan kemotaksis. Untuk lebih mengenal perilaku hewan khususnya pada
lalat buah maka dilakukan praktikum ini.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui:
a.
Respon serangga terhadap cahaya (fototaksis)
b.
Respon serangga terhadap grafitasi (geotaksis)
c.
Respon serangga terhadap zat kimia (kemotksis)
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Etologi
dapat dibedakan dengan psikologi
komparatif,
yang juga mempelajari perilaku hewan, namun menguraikan studinya sebagai
cabang psikologi. Jadi di mana psikologi
komparatif memandang studi perilaku heawan dalam konteks dari apa yang dikenal
sebagai psikologi manusia, etologi memandang studi perilaku hewan dalam konteks
dari apa yang dikenal tentang anatomidan fisiologi hewan (Anonim a,2012).
Lebih lanjut, psikolog komparatif awal
berkonsentrasi pada studi pembelajaran, dan kemudian cenderung melihat pada
perilaku dalam keadaan buatan, sedangkan para etolog awal berkonsentrasi pada
perbuatan dalam keadaan alami, cenderung mendeskripsikannya naluriah. Kedua
pendekatan ini saling melengkapi daripada bersaing, namun menimbulkan
perspektif yang berbeda dan kadang-kadang bertentangan dengan pendapat tentang
zat bahan. Di samping itu, selama kebanyakanabad ke-20 psikologi komparatif berkembang paling kuat
di Amerika Utara, sedangkan etologi lebih
kuat di Eropa, dan ini menimbulkan perhatian berbeda seperti tiang pondasi
filsafat yang agak berbeda dalam kedua studi itu. Perbedaan praktik ialah bahwa
psikologi komparatif berkonsentrasi pada perolehan pengetahuan luas dari
perilaku spesies yang lebih sedikit, sedangkan etolog lebih
tertarik dalam perolehan pengetahuan dari perilaku dalam jajaran spesies yang
luas, tak sekurangnya agar bisa membuat perbandingan berdasar kuat melintasi
kelompok taksonomi (Anonim a,2012).
Para etolog telah
membuat lebih banyak penggunaan dari metode
komparatif yang
sebenarnya daripada yang pernah diperoleh para psikolog komparatif. Pola Aksi dan komunikasi hewan tertentu Langkah
penting, dihubungkan dengan nama Konrad Lorenz walau kemungkinan pada gurunya, Heinroth, ialah
pengenalan pola
aksi tertentu. Lorenz membuatnya terkenal sebagai tanggapan naluriah yang
akan terjadi yang dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang dapat dikenali
(disebutstimuli tanda atau stimuli pembebasan). Pola aksi
tertentu ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies, serta persamaan dan
perbedaan antara perilaku yang dibandiangkan dengan persamaan dan perbedaan
dalammorfologi yang mana taksonomi berdasar. Studi dari Anatidae (bebek dan angsa) yang penting dan banyak dikutip
oleh Heinroth menggunakan teknik ini (Jalmo, 2007).
Para etolog mencatat
bahwa stimuli yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya menonjolkan
kemunculan atau perilaku anggota lain spesies mereka sendiri, dan mereka dapat
menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi
hewan dapat
ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana. Pengamatan yang
paling berpengalaman dalam bidang ini ialah studi oleh Karl von Frisch dari yang disebut “bahasa tarian” mendasarikomunikasi lebah. Lorenz mengembangkan teori menarik dari evolusi
komunikasi binatang berdasarkan pada pengamatannya terhadap alam pola aksi
tertentu dan keadaan yang mana hewan memancarkannya (Endang, 2002).
Pengkajian prilaku merupakan cabang biologi yang relative
baru, dan cenderung lebih deskriptif serta tidak begitu meyakinkan secara
analitis daripada cabang-cabang lain. Salah satu bahaya menganalisis pola-pola
aktivitas hewan lain adalah kecenderungan sang peneliti untuk menyamakan
aksi-aksi yang mirip dengan motif, keinginan, dan tujuan manusia. Hal ini terutama
krusial dalam hal tujuan, di mana kita sama sekali tak punya kemampuan untuk
menentukan apa yang sebenarnya diinginkan hewan ketika menjalani serangkaian
aktivitas. Intensitas dari dalam yang mendorong hewan untuk melakukan sesuatu ,
apapun sifatnya, disebut dorongan (drive). Etologi, pengkajian perbandingan
prilaku dari prespektif evolusioner, sering kali berurusan dengan
dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kegiatan makan, seks, perawatan anak,
dan lain sebagainya. Dorongan-dorongan itu tampaknya merupakan motivasi yang
muncul akibat gangguan kesetimbangan internal seekor hewan. Dorongan-dorongan
itu dimodifikasi oleh berbagai factor, baik factor internal maupun factor yang
ada di lingkungan. Dorongan sering kali disebut insting. (George, 2005).
Dua macam respon
tingkah laku adalah innate (serentak) dan learned (dipelajari), innate respon
muncul seketika spontan dan konsisten terhadap suatu rangsang. Sedangkan
learned respon adalah respon yang muncul tetapi berubah denga adanya pengalaman
dari organisme tertsebut sehingga respon yang muncul akan lebih tepat dan
sesuai dengan rangsangan yang sama diberikan berkali-kali. Orientasi
adalah prilaku hewan dimana hewan tersebut akan memutar tubuhnya menjauhi atau
mendekati diri / kerarh sumber rangsangan. Prilaku ini sangan mendasar pada
setiap hewan untuk mencari makan, minum, sinar matahari lawan jenis, interaksi,
interaksi dengan anggota kelomponya. Kinesis
merupakan salah satu tingkah laku orientasi yang sederhana dimana
organisme-organisme akan merespon secara tidak langsung terhadap rangsangan.
Taksis juga merupakan tingkah laku orientasi untuk hewan-hewan yang dapat
menentukan jarak dengan sumber rangsang. Respon yang banyak dilakukan antara
lain fototaksis yaitu pengaruh rangsang cahaya terhadap suatu organisme,
termotaksis yaitu pengaruh suhu terhadap organisme, geotaksis biasanya diamati
dengan menjauhi atau mendekati bumi dan kemotaksis pengaruh zat kimia terhadap
organisme, (Nukmal, 2012).
Untuk kelakuan
naluri, rangsangan terlihat mencetuskan suatu reaksi yang stabil yang tidak
berubah mengikuti keadaan.
Taksis Pembawaan tubuh kea rah atau jauh dari sesuatu
rangsangan dinamakantaksis pada
hewan. Hewan menunjukkan beberapa jenis taksis yang berbeda; fototaksis adalah gerakkan
terhadap cahaya, dan kemotaksismerupakan
gerakkan terhadap kimia. Sebagian serangga, misalnya kupu-kupu dan lalat,
menunjukkan fototaksis; serangga tersebut akan terbang terus kearah cahaya.
Selalu serangga tersebut membawa dirinya dengan mengarahkan tubuhnya hingga
cahaya mengenai ke dua matanya. Jika satu matanya buta, hewan akan bergerak
dalam bentuk berputar-putar, selalu coba mencari arah yang memungkinkan cahaya
diimbangkan di antara ke dua mata.Kemotaksis agak lazim di kalangan
hewan.Serangga tertarik pada zat kimia yang disebut feromon, yang dikeluarkan
oleh anggota spesiesnya pada jumlah yang sangat sedikit.Sejumlah semut akan
mengikuti kesan feromon itu dan akan berputar-putar sampai mati
kelelahan.Vertebrata kadangkala sangat bereaksi terhadap zat kimia. Anjing pemburu
dpt melacak seseorang dengan mencium bau bajunya (Silvia, 1995).
Perilaku dihasilkan oleh gen dan factor-faktor lingkungan. Suatu mitos yang masih diabadikan secara luas oleh
media populer adalah bahwa perilaku disebabkan oleh pengaruh gen (nature/alam) atau
oleh pengaruh lingkungan (nature/pemeliharaan). Tetapi, dalam biologi,
perdebatan mengenai nature bukanlah mengenai memilih salah satu; nature atau
nurture adalah mengenai derajat sejauh mana gen dan lingkungan mempengaruhi
sifat fenotifik, yang meliputi sifat prilaku. Fenotif tergantung pada gen dan
lingkungan; sifat atau ciri perilaku memiliki komponen genetik dan lingkungan,
seperti halnya semua sifat anatomis dan fisiologis seekor hewan. Seperti ciri fenotifik
lainnya, perilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi fenotifik (suatu ’norma
reaksi’) yang bergantung pada lingkungan, di mana genotip itu diekspresikan.
Prilaku dapat diubah dilingkungan. Pada sisi lainnya, bentuk penyelesaian
masalah yang paling berkembang ditandai oleh morma reaksi yang sangat
luas. Namun demikian, perilaku juga memiliki suatu komponen genetik---perilaku
bergantung pada gen-gen yang ekspresinya menghasilkan sistim neuron yang
tanggap terhadap kemajuan pembelajaran. Sebagian ciri perilaku adalah
filogenetik, dengan norma reaksi yang luas, (Campbell, 2002).
III.
METODE
KERJA
a.
Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut: Lalat buah (Drosophila
melanogaster), kapas, cairan gula, air, kertas karbon, lampu senter, selotipe,
almonium foil.
b.
Cara
kerja
Adapun cara kerja
yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
a.
Percobaan
Fototaksis
1.
Menempatkan 5 lalat buah pada tabung pelastik/kaca
bersih dan gabungkan tabung kedua dengan menggunakan selotif.
2.
Menutup karbon dengan kertas karbon hitam dan
membiarkan salah satu ujungnya terbuka. Meletakan tabung secara horizontal.
3.
Menyinari salah satu ujung dengan lampu (senter)
selama 3 menit.
4.
Mengamati jumlah lalat buah pada tabung yang lain
yang tertutup.
5.
Mengetuk tabung sehingga lalat buah berada diantara
dua tabung. Melakukan hal serupa hanya dibalik, tutup dengan kertas karbon dan
menyinari dengan lampu (senter) selama 3 menit.
b.
Percobaan
Geotaksis
1.
Menggunakan tabung yang sama, mengambil 5 ekor lalat
buah lalu memasukan kedalam tabung, membiarkan melekat pada tabung kemudian
menutup dengan karbon hitam.
2.
Memegang tabung-tabung dengan posisi vertikal selama
3 menit.
3.
Membuka tutup karbon hitam dan menghitung lalat buah
pada setiap tabung.
4.
Mengamati jumlah lalat buah pada tabung yang lain
yang tertutup.
5.
Mengetuk tabung sehingga lalat buah berada diantara
dua tabung. Melakukan hal serupa hanya dibalik, tutup dengan kertas karbon dan
menyinari dengan lampu (senter) selama 3 menit
c.
Percobaan
Kemotaksis
1.
Menyiapkan T-maze yang terdiri dari 3 tabung
menghubungkan dengan pipa kaca.
2.
Mengisi tabung a dengan lalat buah pada sepotong
alumunium poil dan pada tabung b letakan sepotong kapas basah.
3.
Amati dalam setiap 5 menit mencatat berapa banyak
lalat pada tabung.
4.
Mengulangi langkah no2 dan meletakan tabung-tabung
dalam ruang gelap.
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Adapun
hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
perlakuan
|
Jenis
perilaku
|
|||||
Kemotaksis
|
Geotaksis
|
Fototaksis
|
||||
Makanan
|
Tak
ada makanan
|
Atas
|
Bawah
|
Gelap
|
Terang
|
|
Botol
normal
|
6
ekor
|
4
ekor
|
1
ekor
|
9
eko
|
4
ekor
|
6
ekor
|
Botol
dibalik
|
7
ekor
|
3
ekor
|
2
ekor
|
8
ekor
|
5
ekor
|
5
ekor
|
B.
Pembahasan
Pada tanggal 10
Desember 2012 telah dilakukan pengamatan tentang perilaku hewan Drosophila melanogaster yang bertujuan
untuk mengamati respon serangga terhadap cahaya (fototaksis), grafitasi
(geotaksis), dan zat kimia berupa makanan (kemotaksis). Perilaku hewan adalah
suatu respon dari organism terhadap stimulus (rangsangan) yang datang dari
dalam ataupun dari luar. Respon tingkah laku ada dua macam yaitu Innate (serentak) dan learned (dipelajari) respon serentak muncul
secara spontan dan konsisten terhadap suatu rangsangan, sedangkan leraned response adalah respon yang
berubah dengan adanya pengalaman dari organism tersebut.
Adapun langkah kerja yang kami lakukan adalah
sebagai berikut untuk percobaan fototaksis Menempatkan 10 lalat buah pada tabung
pelastik/kaca bersih dan gabungkan tabung kedua dengan menggunakan selotif. Menutup
karbon dengan kertas karbon hitam dan membiarkan salah satu ujungnya terbuka.
Meletakan tabung secara horizontal. Menyinari salah satu ujung dengan lampu
(senter) selama 3 menit. Mengamati jumlah lalat buah pada tabung yang lain yang
tertutup. Mengetuk tabung sehingga lalat buah berada diantara dua tabung.
Melakukan hal serupa hanya dibalik, tutup dengan kertas karbon dan menyinari
dengan lampu (senter) selama 3 menit (Nukmal, 2012).
Dari
langkah kerja yang kami lakukan didapatkan hasil yaitu sebelum botol dibalik
pada area terang terdapat6 ekor lalat buah sedangkan pada daerah gelap ada 4
ekor lalat buah. Sedangkan saat botol dibalik baik pada area gelap dan terang
terdapat 5 lalat buah. Tujuan pembalikan botol adalah untuk menguji kebenaran
atau fakta tentang perilaku hewan tersebut. Misalnya respon yang diberikan sama
dengan perlakuan awal maka percobaan dianggap sah. Dari percobaan ini dapat
diketahui bahwa Drosophila melanogaster memberikan
respon fototaksis positif terhadap cahaya. Berdasarkan reverensi Drosophila melanogaster menyukai daerah
cahaya karena hewan tersebut bukanlah jenis nocturnal serta secara umum hewan
ini melakukan perkawinan di siang hari serta tidur pada malam hari (Pramudiyanti,
2009).
Untuk percobaan kedua yaitu mengetahui respon Drosophila melanogaster terhadap gravitasi (geotaksis) langkah kerja
yang kami lakukan adalah Menggunakan tabung yang sama, mengambil 10 ekor
lalat buah lalu memasukan kedalam tabung, membiarkan melekat pada tabung
kemudian menutup dengan karbon hitam. Memegang tabung-tabung dengan posisi
vertikal selama 3 menit. Membuka tutup karbon hitam dan menghitung lalat buah
pada setiap tabung. Mengamati jumlah lalat buah pada tabung yang lain yang
tertutup. Mengetuk tabung sehingga lalat buah berada diantara dua tabung.
Melakukan hal serupa hanya dibalik, tutup dengan kertas karbon dan menyinari
dengan lampu (senter) selama 3 menit (Nukmal, 2012).
Berdasarkan percobaan didapatkan hasil pengamatan
yaitu pada daerah atas terdapat 1 ekor Drosophila
melanogaster sedangkan pada daerah bahaw botol
terdapat 9 ekor Drosophila melanogaster.
Begitu juga saat botol dibalik pada botol bagian atas terdapat 2 ekor Drosophila melanogaster. Sedangkan pada
botol bagian bawah terdapat 8 ekor Drosophila
melanogaster. Berdasarkan hasil pengamatan ini diketahui bahwa Drosophila melanogaster menunjukkan
suatu perilaku geotaksis positif. Geotaksis positif yaitu suatu perilaku hewan
dimana hewan tersebut akan mendekati kearah sumber rangsang dengan dapat
menentukan jarak sumber rangsang berupa gravitasi bumi. Lalat buah memiliki 2
sayap dan semua hewan yang terbang membutuhkan energi serta keadaan istirahat
dengan bertengger. Apabila hewan tersebut terbang secara terus menerus maka
akan merasa kelelahan akibatnya lalat buah akan menurun kan kecepatan dan
ketinggian terbang mengikuti gaya gravitasi bumi untuk mengurangi penggunaan
energi secara berlebihan (Pramudiyanti, 2009).
Untuk percobaan terakhir yaitu
mengetahui respon zat kimia (kemotaksis) terhadap perilaku lalat buah, langkah
kerja yang kami lakukan adalah sebagai berikut: Menyiapkan T-maze yang terdiri
dari 3 tabung menghubungkan dengan pipa kaca. Mengisi tabung a dengan lalat
buah pada sepotong alumunium poil dan pada tabung b letakan sepotong kapas
basah. Amati dalam setiap 5 menit mencatat berapa banyak lalat pada
tabung.Mengulangi langkah no2 dan meletakan tabung-tabung dalam ruang gelap
(Nukmal, 2012).
Berdasarkan percobaan didapatkan hasil pengamatan
yaitu pada botol yang diberi makanan terdapat 6 ekor lalat buah, sedangkan pada
botol yang tidak diberi makanan terdapat 4 ekor lalat buah. Pada botol yang
dibalik terdapat 7 ekor lalat buah untuk yang ada makanannya sedangkan botol
yang tidak diberi makanan terdapat 3 ekor lalat buah. Berdasarkan hasil
pengamatan ini diketahui bahwa Drosophila
melanogaster menunjukkan respon kemotaksis positif
terhadap zat makanan. Zat makanan merupakan suatu rangsangan kimia karena
disusun oleh senyawa kimia yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Semua makhluk
hdup pasti membutuhkan makanan. Lalat buah memiliki indera reseptor yang peka
terhadap adanya sumber makanan. Makanan oleh lalat buah digunakan untuk
membentuk energi yang dipakai untuk melakukan aktivitas hidup misalnya terbang,
reproduksi, dan lain-lain.
Gerakkan/tingkah laku orientasi Drosophila melanogaster ini menunjukkan
bahwa perilaku hewan ini memang sangatlah mendasar bahwa pada setiap individu
lalat buah memiliki suatu insting untuk mencari/ mendapatkan makan, minum,
sinar/cahaya, hubungan lawan jenis/ seks, interaksi dengan anggota kelompoknya/
menghindari predator. Perilaku dihasilkan oleh gen dan factor-faktor
lingkungan. Suatu mitos yang masih diabadikan secara luas oleh media populer
adalah bahwa perilaku disebabkan oleh pengaruh gen (nature/ alam) atau oleh
pengaruh lingkungan.
Dalam biologi, perdebatan mengenai
nature bukanlah mengenai memilih salah satu; nature atau nurture adalah
mengenai derajat sejauh mana gen dan lingkungan mempengaruhi sifat fenotifik,
yang meliputi sifat prilaku. Fenotif tergantung pada gen dan lingkungan; sifat
atau ciri perilaku memiliki komponen genetik dan lingkungan, seperti halnya
semua sifat anatomis dan fisiologis seekor hewan. Seperti ciri fenotifik
lainnya, perilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi fenotifik (suatu ’norma
reaksi’) yang bergantung pada lingkungan, di mana genotip itu diekspresikan.
Prilaku dapat diubah dilingkungan. Pada sisi lainnya, bentuk penyelesaian
masalah yang paling berkembang ditandai oleh morma reaksi yang sangat luas.
Namun demikian, perilaku juga memiliki suatu komponen genetik--- perilaku
bergantung pada gen-gen yang ekspresinya menghasilkan sistim neuron yang
tanggap terhadap kemajuan pembelajaran. Sebagian ciri perilaku adalah
filogenetik, dengan norma reaksi yang luas.
Pembawaan tubuh kearah atau jauh dari sesuatu
rangsangan dinamakan taksis pada hewan. Hewan menunjukkan beberapa jenis taksis
yang berbeda; fototaksis adalah gerakkan terhadap cahaya, dan kemotaksis
merupakan gerakkan terhadap kimia. Sebagian serangga, misalnya kupu-kupu dan
lalat, menunjukkan fototaksis; serangga tersebut akan terbang terus kearah
cahaya. Selalu serangga tersebut membawa dirinya dengan mengarahkan tubuhnya
hingga cahaya mengenai ke dua matanya. Jika satu matanya buta, hewan akan
bergerak dalam bentuk berputar-putar, selalu coba mencari arah yang
memungkinkan cahaya diimbangkan di antara ke dua mata. Kemotaksis agak lazim di
kalangan hewan.Serangga tertarik pada zat kimia yang disebut feromon, yang
dikeluarkan oleh anggota spesiesnya pada jumlah yang sangat sedikit.Sejumlah
semut akan mengikuti kesan feromon itu dan akan berputar-putar sampai mati
kelelahan.
V.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat kami simpulkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Perilaku
hewan adalah suatu respon dari organism terhadap stimulus (rangsangan) yang
datang dari ataupun luar dengan respon tingkah laku berupa innate dan learned.
2. Tingkah
laku Drosophila melanogaster merespon
langsung terhadap rangsangan sehingga disebut perilaku orientasi dimana hewan
akan memutar tubuhnya mendekati atau menjauhi arah sumber rangsang.
3. Respon
Drosophila melanogaster terhadap
rangsangan cahaya menunjukkan fototaksis positif yaitu mendekati arah sumber
cahaya.
4. Respon
Drosophila melanogaster terhadap
rangsangan gravitasi adalah menunjukkan geotaksis positif karena lalat buah
menyukai tempat yang lebih rendah.
5. Respon
Drosophila melanogaster terhadap zat
kimia (makanan) adalah kemotaksis positif karena kebanyakan lalat buah
mendekati sumber makanan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim a. 2012. Perilaku hewan. http://wikipedia.org.
Diakses tanggal 15
Desember
2012.
Anonim b. 2012. Perilaku Hewan. http://wahidbiyobe.blogspot.com.
Diakses
tanggal 15 Desember 2012.
Campbell, N.A.,J.B. Reece, &
Mitchell. 200. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Fried, George H. 2005. Biologi Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.
Jalmo, Tri. 2007. Buku
Ajar Fisiologi Hewan. Bandar Lampung: Unila.
Lanirin W, Endang. 2002. Fisiologi
Hewan. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.
Mader, Silvia S. 1995. Biologi
Evolusi, Keanekaragaman, dan Lingkungan.
Malaisya: Kucica.
Nukmal, Nismah.2012. Penuntun Praktikum Fisiologi
Hewan. Bandar Lampung:
Universitas
Lampung.
Pramudiyanti.2009. Biologi Umum. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Pratiwi, D.A. Sri Maryanti &
Srikini. 2007. Biologi Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.
No comments:
Post a Comment