I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap manusia memiliki lidah. Lidah
merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan
lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap
berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang
mempunyai tonjolan seperti rambut. Ada beberapa papilla pada lidah, antara lain
Papilla sirkumvalata, fungiformis dan filiformis. Reseptor
adalah ujung perifer khusus neuron-neuron aferen; reseptor berespons terhadap
rangsangan tertentu, mengubah bentuk-bentuk energi rangsangan menjadi sinyal
listrik, bahasa sistem saraf. Reseptor ditemukan pada panca indera kita, salah
satunya pada lidah. Sensitivitas lidah terhadap rasa disebabkan adanya papilla,
karena pada papilla didapatkan taste buds yang berfungsi untuk menerima
rangsangan bahan kimia dari luar. Pada sisi atas dan sisi samping lidah banyak
dijumpai papilla pengecap, yang jumlahnya ditaksir 2000 buah dan terletak
tersebar di atas lidah. Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan
rangsangan kimia. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak
mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas
pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti
rambut. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini mahasswa melakkan praktikum
ini untuk menguji sensitivitas resetor pengecap pada manusia. Selain itu
nantinya mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mekanisme saraf yang hubungnnya
dengan rasa.
A.
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui lokasi reseptor pengecap pada
manusia dan mengetahui variasi waktu sensasi.
I.
TINJAUAN
PUSTAKA
Lidah mempunyai reseptor khusus yang
berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari
otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung
kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap
terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti
rambut.Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
bentuk, yaitu :
1.
Papilla
bentuk benang (filiformis) disebut
papilla peraba, tersebar di seluruh permukaan lidah
2.
Papilla
bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit atau berbentuk huruf V (sirkumvalata) disebut papilla pengecap,
terdapat di dekat pangkal lidah atau di bagian tengah belakang yang peka
terhadap rasa pahit
3.
Papilla
bentuk jamur (fungiformis) disebut
papilla pengecap, terdapat di tepi lidah bagian depan yang peka terhadap rasa
manis, samping depan peka terhadap rasa asin, dan samping belakang peka
terhadap rasa asam (Jalmo, 2007).
Tunas pengecap terdapat pada parit-parit
papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di
permukaan papilla berbentuk benang. Pengecap merupakan fungsi utama taste
buds dalam rongga mulut, namun indera pembau juga sangat berperan pada
persepsi pengecap. Selain itu, tekstur makanan seperti yang dideteksi oleh
indera pengecap taktil dari rongga mulut dan keberadaan elemen dalam makanan
seperti merica, yang merangsang ujung saraf nyeri, juga berperan pada pengecap.
Makna penting dari indera pengecap adalah bahwa fungsi pengecap memungkinkan
manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannnya dan mungkin juga sesuai
dengan kebutuhan jaringan akan substansi nutrisi tertentu (Savitri, 1997).
Indera
pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi, beberapa
di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap. Sel
pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel
disekitarnya, sehingga beberapa di antaranya adalah sel muda dan lainnya adalah
sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai
dan larut (Guyton, 1997).
Ujung organ untuk indera pengecap
yang disebut taste buds (putting cita
rasa) terdiri atas sel-sel gustatory
fusiform, tercampur dengan sel-sel sustakular yang terangkai dalam bentuk
kelompok yang menyerupai tong. Prosesus yang menyerupai rambut dari sel-sel
gustatory ini menjulur melalui pori pada bagian superficial dari putting cita rasa. Ujung serabut-serabut saraf
berakhir di sekitar sel-sel gustatory
ini. Bagian lidah yaitu valet dan papilla fungiform mengandung
banyak sekali putting cita rasa meskipun putting itu terdapat juga pada
palatum, farink, dan larink. Sensasi cita rasa di bawa kea rah dua per tiga
bagian rostral lidah oleh cabang-cabang saraf fasial korda timpani yang
menyertai cabang lingual dari saraf trigeminus. Sebaliknya bagian lidah
yang sepertiga (arah kaudal = posterior) menerima cita rasa melalui cabang
lingual dari saraf (glosofarinkeal). Pada manusia, modalitas rasa yang spesifik ada 4, yaitu
manis, asin, pahit, dan asam. Sensasi yang lain merupakan campuran dari cita
rasa dasar, atau kombinasi berbagai cita rasa dengan indera penciuman. Pangkal
lidah sangant peka dengan cita rasa pahit. Bagian lateral lidah memberikan
(Frandson, 1992)
Pengecapan adalah sensasi yang
dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu reseptor yang terutama terletak pada
lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup kecapa pada lidah manusia) dan dalam
jumlah yang lebih kecil pada polatum mole dan permukaan laringeal dari epiglotis.
Kuncup kecap terbenam dari epitel berlapis dari papilla sirkumvalata, papilla
foliota, papilla fungiformis. Bahan kimia masuk melalui pori pengecap, yaitu
lubang kecil menuju ke sel-sel reseptor. Kuncup
kecap terdiri atas sekurang-kurangnya 4 jenis sel, yang dapat dikenali dengan
mikroskop electron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan mikrovili pada
permukaannya. Walaupun fungsinya belom diketahui, mereka dapat membantu
aktivitas sel tipe 3. Sel tipe 3 juga merupakan sel tipe panjang dicirikan oleh
terdapatnya banyak vesikel yang menyerupai versikel sinaps. Tipe sel ke 4
adalah suatu sel basal pra-kembang yang mungkin merupakan precursor dari
sel-sel yang lebih spesifik dalam kuncup kecap. Tonjolan dendritik dari saraf
sensorik yang paling dekat dengan kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar untuk
penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3 (Junqueira, 1995).
Lidah mempunyai
reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ
yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang
banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap.
Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan
seperti rambut. Ada beberapa papilla pada lidah, antara lain: Papillae sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah
dari jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papillae sirkumvalata adalah jenis papillae yang terbesar, dan
masing-masing dikelilingi semacam lekukan seperti parit. Papillae ini tersusun
berjejer membentuk huruf V pada bagian belakang lidah. Papillae fungiformis menyebar pada
permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk jamur. Papilae filiformis adalah yang
terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah. Organ ujung untuk
pengecapan adalah puting-puting pengecap yang sangat banyak terdapat dalam
dinding papillae sirkumvalata dan fungiforum. Papilae filiform lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh,
daripada rasa pengecapan yang sebenarnya. Selaput lendir langit-langit dan
faring juga bermuatan
puting-puting pengecap (Widiastuti.2002).
Pada
manusia, indera rasa pengecap merupakan hal yang sangat berarti, karena dengan
indera rasa pengecap tersebut dapat merasakan nikmat dan enaknya makanan serta
minuman. Sensasi rasa pengecap timbul akibat adanya zat kimia yang berikatan
pada reseptor indera rasa pengecap (taste buds) yang kebanyakan terdapat
di permukaan lidah dan palatum molle. Hanya zat kimia dalam larutan atau
zat padat yang telah larut dalam saliva yang dapat berikatan dengan sel
reseptor (Sherwood, 2001).
Pada hekekatnya, lidah mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan indera khusus pengecap. Lidah sebagian besar
terdiri dari dua kelompok otot. Otot intrinsik Iidah melakukan semua gerakan
halus, sementara otot extrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya
serta melaksanakan gerakan-gerakan-kasar yang sangat penting pada saat
mengunyah dan menelan. Lidah mengaduk-aduk makanan, menekannya pada
langit-langit dan gigi. dan akhirnya mendorongnya masuk faring. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah
dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran Iidah
bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan
melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke belakang, maka
tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur
ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut (Pearce,
2000).
Bagian anterior lidah bebas tidak
terkait. Bila dijulurkan, maka ujung Iidah meruncing, dan bila terletak tenang
di dasar mulut, maka ujung lidah berbentuk bulat. Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab, dan
pada waktu se- hat berwarna merah jambu. Permukaan atasnya seperti beludru dan
ditutupi plpil-papil, yang terdiri atas tiga jenis. Papillae sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah dari jenis
ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papillae
sirkumvalata adalah jenis papillae yang terbesar, dan masing-masing
dikelilingi semacam lekukan seperti parit. Papillae ini tersusun berjejer
membentuk huruf V pada bagian belakang lidah. Papillae fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah,
dan berbentuk jamur. Papilae filiformis
adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah (Pearce,
2000).
Organ-ujung untuk pengecapan adalah
puting-puting pengecap yang sangat banyak terdapat dalam dinding papillae
sirkumvalata dan fungiforum. Papilae filiform lebih berfungsi untuk menerima
rasa sentuh, daripada rasa pengecapan yang sebenarnya. Selaput lendir
langit-langit dan farinx juga bermuatan puting-puting pengecap. Ada empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam dan asin.
Kebanyakan makanan memiliki ciri harum dan ciri rasa, tetapi ciri-ciri itu
merangsang ujung saraf penciuman, dan bukan ujung saraf pengecapan. Supaya
dapat dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan, serta harus
sungguh-sungguh bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan
yang berbeda-beda. Puting pengecap yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa
yang berbeda-beda juga (Campbell, 2002).
Lidah memiliki pelayanan pensarafan
yang majemuk. Otot-otot lidah mendapat pensarafan dari urat saraf hipoglosus (Saraf otak kedua belas).
Daya perasaannya dibagi menjadi “perasaan umum”, yang menyangkut taktil perasa
seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu dan sebagainya, dan
“rasa pengecap khusus”. Impuls perasaan umum bergerak mulai
dari bagian anterior lidah dalam serabut saraf lingual yang merupakan sebuah
cabang urat saraf kranial kelima, sementara impuls indera pengecap bergerak
dalam khorda timpani bersama saraf lingual, lantas kemudian bersatu dengan
saraf kranial ketujuh, yaitu nervus saraf fasialis. Saraf kranial kesembilan,
saraf glossofaringeal, membawa, baik impuls perasaan umum, maupun impuls
perasaan khusus dari sepertiga posterior lidah. Dengan demikian indera
pengecapan lidah dilayani oleh saraf kranial
kez’ lima, ketujuh dan kesembilan, sementara gerakan-gerakannya dipersarafi
oleh saraf kranial kedua belas (Anonim b, 2012).
Secara klinik, indera pengecap,
seperti juga indera penciuman (lihat di sebelah), sangat peka dan dapat hilang
karena pilek atau gangguan pada mulut, lambung dan saluran pencernaan.
Glositis, atau peradangan lidah, bisa akut ataupun kronis, dengan gejala-gejala
berupa adanya ulkus dan lendir yang menutupi lidah. Peradangan ini biasanya
timbul pada pasien yang mengalami gangguan pencernaan. Lidah lembek dan pucat,
dengan bekas-bekas gigitan pada pinggirannya. Biasanya, glositis kronis
menghilang, apabila kesehatan badan membaik dan pemeliharaan higiene mulut yang
baik. Lekoplakia ditandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal pada
permukaan lidah (juga pada selaput lendir pipi dan gusi). Hal ini biasanya
terlihat pada perokok (Anonim b, 2012).
II.
METODE
KERJA
A.
Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut: Bubuk gula, asam jawa, garam dapur (NaCl), bubuk puyer, tusuk gigi,
kapas, kertas/kertas tisu, stopwatch, air tawar untuk berkumur.
B.
Cara
kerja
Adapun cara kerja
yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan rongga
mulut dengan berkumur air tawar.
2. Meletakan bahan
bubuk gula, asam jawa, garam dapur dan puyer pada ujung lidah, tepi depan, tepi
belakang dan pangkal lidah tengah.
3. Mencatat rasa dan
membuat diagram. Menentukan daerah yang paling tajam rasanya terhadap
masing-masing bahan.
4. Untuk mencari atau
menghitungwaktu sensasi, membersihkan mulut dengan berkumur air tawar.
5. Menentukan waktu
sensasi dengan bantuan stopwatch dengan cara mengeringkan permukaan lidah
dengan kertas filter atau kertas tissue dan mempertahankan lidah diluar mulut.
6. Meletakkan sedikit
gula pada lokasi yang sudah diketahui, sambil menghidupkan stopwatch dan segera
mematikan apabila sudah terasa. Mencatat waktu sensasi kemudian berkumur dengan
air tawar lagi tetapi lidah tidak dikeringkan.
7. Mengerjakan langkah
4 sampai 6 tetapi kristalnya diganti dengan asam jawa, garam dapur, dan bubuk
puyer.
III.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan
pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Nama Praktikan
|
Sensasi rasa
(detik)
|
|||
Asin
|
Asam
|
Manis
|
Pahit
|
|
Olba
|
2,53
|
4,64
|
-
|
-
|
Mira
|
9,14
|
13,17
|
-
|
-
|
Ayu
|
-
|
-
|
17,56
|
33,67
|
Destya
|
-
|
-
|
52
|
8,6
|
Keterangan: - = tidak dilakukan oleh praktikan
B. Pembahasan
Kami telah melakukan praktikum tentang lokasi dan
sensasi reseptor pengecap pada manusia yang bertujuan untuk mengetahui lokasi
reseptor pengecap pada manusia serta mengetahui variasi waktu sensasi. Menurut
teori ada 4 pengecap dasar yang digunakan untuk mengetahui lokasi reseptor dan
variasi waktu sensasinya, Dimana pada bagian ujung lidah lebih sensitif
terhadap rasa manis, pada bagian tepi depan lidah lebih sensitif terhadap rasa
asin, bagian tepi belakang lidah lebih sensitif terhadap rasa asam dan pada
bagian pangkal lidah lebih sensitif terhadap rasa pahit.
Adapun langkah kerja yang kami lakukan adalah
sebagai berikut: Membersihkan rongga mulut dengan berkumur air tawar. Meletakan
bahan bubuk gula, asam jawa, garam dapur dan puyer pada ujung lidah, tepi
depan, tepi belakang dan pangkal lidah tengah. Mencatat rasa dan membuat
diagram. Menentukan daerah yang paling tajam rasanya terhadap masing-masing
bahan. Untuk mencari atau menghitungwaktu sensasi, membersihkan mulut dengan
berkumur air tawar. Menentukan waktu sensasi dengan bantuan stopwatch dengan
cara mengeringkan permukaan lidah dengan kertas filter atau kertas tissue dan
mempertahankan lidah diluar mulut. Meletakkan sedikit gula pada lokasi yang
sudah diketahui, sambil menghidupkan stopwatch dan segera mematikan apabila
sudah terasa. Mencatat waktu sensasi kemudian berkumur dengan air tawar lagi
tetapi lidah tidak dikeringkan. Mengerjakan langkah yang sama tetapi kristalnya
diganti dengan asam jawa, garam dapur, dan bubuk puyer (Nukmal, 2012).
Berdasarkan langkah kerja yang dilakukan didapatkan
hasil yaitu sensasi pengecap rasa asin untuk praktikan Olba adalah 2,53 detik,
sedangkan Mira 9, 14 detik. Sedangkan unuk rasa asam Olba adalah 4,64 detik
sedangkan Mira 13,17 detik. Untuk
sensasi rasa pahit Ayu sekitar 33,67 detik sedangkan Destya 8,6 detik. Untuk
sensasi rasa manis Ayu sekitar 17,56 detik sedangkan Destya sekitar 52 detik.
Berdasarkan data tersebut setiap praktikan memiliki
sensari reseptor yang berbeda-beda hal tersebut terjadi adanya perbedaan
genetik setiap orang yang menyebabkan berbedanya jumlah kuncup kecap di
permukaan lidah. Kuncup kecap adalah salah satu sel reseptor yang menerima
impuls berupa senyawa kimia rasa yang akan diteruskan ke system saraf pusat
untuk diterjemahkan (Jalmo, 2007).
Setelah melakukan pengamatan didapat
bahwa pada percobaan rasa asin anggota yang dapat menangkap rasa paling cepat
adalah Olba yaitu hanya selama 2,53 detik yang dapat merasakan rasa pada tepi
lidah bagian depannnya. Pada percobaan rasa manis yang paling cepat ialah Ayu
sedangkan yang paling lama ialah Destya yang mereka rasakan pada bagian ujung
lidah. Pada percobaan rasa asam yang paling cepat merasakan ialah Olba yaitu
sekitar 4,64 detik sedangkan yang paling lama ialah Mira yaitu 13,17 detik
mereka berdua merasakan rasa asam pada bagian tepi lidah belakang. Pada
percobaan yang terakhir yaitu dengan menggunakan rasa pahit adalah yang paling
lama yaitu Ayu sekitar 33, 67 detik sedangkan yang paling cepat adalah Destya
sekitar 8,6 detik yang mereka berdua rasakan pada area lidah di bagian pangkal
lidah tengah.
Reseptor
perasa merespon stimulasi rasa dengan berbeda-beda. Rasa manis mendepolarisasi
sel kecap dengan membuka channel Na+. Channel ini tertutup oleh
amiloride dan biasa ditemukan pada ginjal dan sel epitel. Selain itu, juga dengan menaktikan adenylate
cyclase. cAMP akan diprduksi oleh adenylate cyclase untuk menutup channel K+.
Susbtansi perasa pahit akan menstimulasi produksi IP3, yang
selajutnya akan meningkatkan level Ca2+ yang akan melepaskan
trasmiter sinapsis dan mengaktifasi saraf gustatory. Substansi perasa
mendepolarisasi sel kecap dengan menaktifkan channel amiloride-sensitive Na+.
Substansi rasa masam akan mendepolarisasi sel kecap secara langsung dengan
menaikkan konsentrasi ion H+ yang menutup channel K+ (Jalmo,2007).
Rasa manis dimulai dengan melekatnya
molekul gula pada porus perasa. Kemudian hal ini akan mengaktifkan stimulator
yang terdapat pada sitoplasma yang terdapat pada membran. Stimulator (protein G)
akan teraktivasi selanjutnya akan mengaktifkan enzim adenilat siklase. Enzim
ini akan mengaktifkan pembentukan Camp dari ATP. Terjadinya peningkatan camp
akan mengakibatkan terstimulasinya enzim sitoplasma lainnya. Hal ini akan
membuat ion K dapat keluar sehingga mengakibatkan depolarisasi pada puting
pengecap. Hal ini akan mengakibatkan terlepasnya neotransmiter ke sinaps dan
selanjutnya akan diteruskan ke otak (Anonim c, 2012).
Rasa asin disebabkan masuknya ion Na.
Masuknya ion Na mengakibatkan tertutupnya saluran keluar ion K. Depolarisasi
mengakibatkan neotransmiter keluar, dan impuls bisa diterima oleh otak.
Transtan pahit akan berikatan dengan reseptor pada membran. Pelekatan ini akan
mengakibatkan teraktivasinya protein G lainnya yang kemudian akan mengaktifkan
enzim fosfolipase. Enzim ini akan membuat IP3 yang merupakann senyawa yang
larut dalam sitoplasma yang terdapat dalam RE. Berikatan IP3 dengan reseptor
akan membuat terbukanya ion Ca. Maka ion Ca akan keluar menuju Sitoplasma.
Peningkatan ion Ca akan membuat saluran K terbuka dan terjadi sinaps. Tidak
sepeti rasa manis dan pahit, rasa asam terjadi karena konsentrasi proteon atau
ion H. Membran sanyat permeable terhadap proton ini. Masuknya proton akan
membuat depolarisasi akibatnya neotransmiter dilepaskan ke sinaps. (Anonim c,
2012).
Pengecapan adalah sensasi yang
dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu reseptor yang terutama terletak pada
lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup kecapa pada lidah manusia) dan dalam
jumlah yang lebih kecil pada polatum mole dan permukaan laringeal dari
epiglottis. Kuncup kecap terbenam dari epitel berlapis dari papilla
sirkumvalata, papilla foliota, papilla fungiformis. Bahan kimia masuk melalui
pori pengecap, yaitu lubang kecil menuju ke sel-sel reseptor. Penyebaran kuncup
kecap berada pada seluruh permukaan lidah sehingga setiap lidah dapat merasakan
rasa pada penjuru lidahnya. Tetapi kuncup kecap menunjukkan adanya penyebaran
berkelompok yaitu untuk reseptor rasa manis berada di ujung lidah, reseptor
rasa pahit di pangkal lidah reseptor reasa asin di tepi lidah depan sedangkan
reseptor rasa asam di tepi lidah belakang (Junqueira, 1995).
Tingkat sensitivitas lidah seseorang
juga mempengaruhi kemampuannya mengecap suatu rasa. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi sensitivitas ini. Sensitivitas mungkin disebabkan struktur dari
lidah itu sendiri yang rusak atau tidak bagus akibat dari pola makan seseorang.
Hal lain yang mempengaruhi sensitivitas adalah proses pengantaran rangsang dari
organ menuju otak, hal tersebut biasanya terjadi pada orang uang kondisi
tubuhnya lemah (sakit) sehingga daya tanggap terhadap rangsang sedikit
terganggu. Cepat lambatnya seseorang dalam mengecap rasa dapat dipengaruhi oleh
kecepatan penghantaran rangsang yang diberikan jika dalam penyampaian rangsang
tersebut terjadi gangguan maka dapat mempengaruhi waktu sensasi yang dihasilkan.
Selain itu jenis kelamin juga kemungkinan mempengaruhi sensasi reseptor
pengecap. (Jalmo, 2007).
Waktu sensasi pengecap antara wanita dan
pria memiliki perbedaan, namun perbedaan tersebut terlalu kecil, sehingga dapat
disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap
sensitifitas reseptor perasa. Hal ini juga dikarenakan secara anatomi lidah
pria dan wanita tidak jauh berbeda, sehingga sensitifitas juga tidak berbeda
(Jalmo, 2007).
Sensasi rasa dipengaruhi oleh saliva
(air liur). Hal ini disebabkan karena saliva akan melarutkan dan mengkatalis
zat yang masuk ke dalam mulut. Kuncup kecap hanya akan dapat terstimulasi bila
zat tersebut telah dikatalis oleh saliva (chemoreseptor), sehingga apabila
konsentrasi saliva terlalu rendah maka dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mengkatalis zat-zat tersebut, dan semakin lambat pula respon rasa tersebut
(Jalmo, 2007)
Faktor
lain yang mempengaruhi reseptor perasa adalah suhu dan usia. Suhu kurang dari
20° atau lebih dari 30° akan mempengaruhi sensitifitas kuncup rasa (taste bud).
Suhu yang terlalu panas akan merusak sel-sel pada kuncup rasa sehingga
sensitifitas berkurang, namun keadaan ini cenderung berlangsung cepat karena
sel yang rusak akan cepat diperbaiki dalam beberapa hari. Suhu yang terlalu
dingin akan membius kuncup lidah sehingga sensifitas berkurang (Jalmo, 2007).
Usia
mempengaruhi sensitifitas reseptor perasa. Menurut Sunariani (2007), pada orang
yang berusia lanjut terdapat penurunan sensitifitas dalam menraskan rasa asin.
Hal ini disebabkan pada orang berusia lanjut karena berkurangnya jumlah papilla
sirkumvalata seiring dengan bertambahnya usia dan penurunan fungsi transmisi
kuncup rasa pada lidah sehingga mengurangi sensasi rasa (Jalmo,2007).
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1.
Lidah merupakan organ panca indera yang terdiri atas
otot dengan adanya reseptor pengecap
sebagai taste bud untuk menerima
impuls kimia pada makanan yang kemudian akan diteruskan ke system saraf pusat
untuk diterjemahkan.
2.
Manusia memiliki 4 macam modalitas cita
rasa dasar yang spesifik, yaitu: manis pada ujung lidah, asin pada tepi depan,
asam pada tepi belakang, dan pahit pada pangkal lidah, akibat dari taste bud
yang berbeda-beda.
3.
Waktu sensasi reseptor setiap orang adalah
berbeda-beda, hal tersebut terjadi akibat sensitivitas taste bud dalam menerima impuls dari zat kimia serta perbedaan
genetis setiap orang.
4.
Setiap orang memiliki lokasi reseptor yang
berbeda-beda. Secara umum kuncup kecap ditemukan pada seluruh permukaan lidah
tetapi untuk rasa manis didominasi di daerah ujung lidah, rasa asin di tepi
depan lidah, rasa asam di tepi belakang lidah dan untuk rasa pahit di bagian
pangkal tengah lidah.
5.
Tingkat sensitivitas lidah seseorang
mempengaruhi kemampuannya mengecap suatu rasa. Sensitivitas disebabkan struktur
dari lidah itu sendiri yang rusak atau tidak bagus akibat dari pola makan
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2012. Lokasi dan sensasi Reseptor pengecap. http://kholishin-
kloning.
blogspot.com/. Diakses tanggal 15 Desember 2012.
Anonim
b.2012. Reseptor Pengecap. http://wikipedia.org. Diakses tanggal 15
Desember 2012.
Anonim c. 2012. Lokasi dan sensasi Reseptor pengecap. http://cocoexperiment
.blogspot.com.
Diakses tanggal 15 Desember 2012.
Campbell, N.A.,J.B. Reece, & Mitchell. 200. Biologi Edisi
Kelima Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Frandson, Boron WF & Boulpeap EL.
1992. Medical physiology. Jakarta:
Penerbit EGC.
Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati S.
Ed. ke-9.
Jakarta: Penerbit EGC.
Jalmo, Tri. 2007. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Bandar Lampung: Unila
Junqueira,
L. Carlos, Jose Carneiro &Robert Kelley. 1995. Histologi Dasar.
Jakarta: Penerbit EGC.
Nukmal,
Nismah. 2012. Penuntun Praktikum
Fisiologi Hewan. Bandar Lampung:
Unila.
Pearce,
E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk
Paramedis, Jakarta: PT. Gramedia.
Savitri, Diah Ernawati. 1997. Kelainan Jaringan Mulut. Jakarta:
Majalah
Kedokteran Gigi.
Sherwood
L. 2001. Fisiologi Manusia. Ed. ke-2.
Jakarta: Penerbit EGC.
Widiastuti,
Sri. 2002. Indera Pengecap. http://sriwidii.blogspot.com. Diakses
tanggal 15 Desember
2012
mbak km kuliah dimana?
ReplyDeletemakasih ya blognya bantu bgt